Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Tunu Pratama Jaya tenggelam di perairan Selat Bali pada Rabu malam, 2 Juli 2025, saat berlayar dari Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi menuju Pelabuhan Gilimanuk, Jembrana, Bali. Insiden ini menyebabkan 4 penumpang meninggal dunia, sementara 30 lainnya masih hilang hingga Kamis siang (3/7/2025). Tim SAR gabungan terus berupaya mencari korban di tengah gelombang tinggi dan cuaca buruk.
Detik-Detik Tragedi di Selat Bali
KMP Tunu Pratama Jaya berangkat dari Pelabuhan Ketapang pada pukul 22.56 WIB. Sekitar 24 menit kemudian, kapal mengirimkan sinyal darurat (distress call) pada pukul 23.20 WIB karena kebocoran di ruang mesin, yang menyebabkan kapal kehilangan kendali. Pada pukul 23.35 WIB, kapal terbalik dan tenggelam di koordinat 8°9’32.35″S 114°25’6.38″E, hanya 40 menit setelah keberangkatan. Berdasarkan data manifes, kapal mengangkut 53 penumpang, 12 kru, dan 22 kendaraan, termasuk 14 truk tronton.
Seorang penumpang selamat Bernama Riko yang seorang anak buah kapal (ABK), menceritakan detik-detik mencekam. “Kapal tiba-tiba oleng keras tiga kali, lalu miring ekstrem. Saya cepat ambil jaket pelampung dan lompat ke laut,” ujarnya. Penumpang lain bernama Imron, menyebut kapal terbalik dalam tiga menit yang membuat kepanikan di antara penumpang.
Empat Korban Tewas Teridentifikasi
Hingga Kamis siang, 3 Juli 2025, tim SAR telah mengevakuasi 35 orang, dengan 31 selamat dan 4 orang meninggal dunia. Korban tewas teridentifikasi sebagai Anang Suryono (59), Eko Sastriyo (51), Cahyani (45), dan Elok Rumantini (34), seorang penjaga kantin kapal. Sebanyak 30 penumpang dan kru masih dalam pencarian, dengan tim SAR menghadapi gelombang setinggi 2-2,5 meter dan angin kencang.
Basarnas mengerahkan 9 kapal, 1 helikopter, dan personel penyelam profesional untuk mempercepat pencarian. “Kami berjuang melawan cuaca ekstrem, tapi tim terbaik kami terus bekerja,” kata Kepala Basarnas Jawa Timur, Nanang Sigit. Kapolda Jatim, Irjen Pol Nanang Avianto, juga turun langsung ke Pelabuhan Ketapang untuk memastikan operasi SAR berjalan optimal.
Respons Pemerintah dan Dukungan Lokal
Presiden Prabowo Subianto menyampaikan belasungkawa dan memerintahkan percepatan penyelamatan.
“Semoga korban yang meninggal mendapat tempat terbaik di sisi Tuhan,” ujarnya. Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi juga menginstruksikan jajaran Kemenhub untuk mendukung operasi SAR, sementara penyebab kebocoran masih diselidiki.
Pemkab Banyuwangi di bawah arahan Bupati Ipuk, menyiapkan tiga posko pemantau di Pelabuhan Ketapang, menyediakan bantuan makanan dan logistik untuk relawan dan keluarga korban.
“Kami fokus mendampingi keluarga dan memastikan penanganan medis,” kata Asisten Pemerintahan dan Kesra Pemkab Banyuwangi, MY Bramuda. Keluarga korban seperti Teguh, yang kehilangan kakak iparnya, terus berdatangan ke posko untuk memantau perkembangan.
Sorotan Media dan Upaya Penyelamatan
Tragedi ini menarik perhatian media internasional seperti BBC yang melaporkan empat tewas dan puluhan hilang. Pengamat maritim dari Universitas Maritim Raja Ali Haji, Ahmad Syarif, menyebut insiden ini mencerminkan kegagalan etis dan kelembagaan.
“Banyak kapal beroperasi tanpa inspeksi menyeluruh, termasuk prosedur lashing kendaraan yang sering diabaikan,” katanya. Ia menduga kendaraan yang bergeser akibat kurangnya lashing memicu ketidakstabilan kapal.
Ketua DPR RI Puan Maharani juga menyerukan perbaikan tata kelola transportasi laut. “Tragedi ini menunjukkan perlunya reformasi sistem keamanan pelayaran,” ujarnya.
Selain itu cuaca buruk juga menyulitkan tim SAR gabungan, termasuk Basarnas Denpasar, Pos SAR Jembrana, dan KPLP. Meski begitu mereka terus menyisir perairan Cekik, Gilimanuk. Beberapa penumpang selamat ditolong nelayan Bali di Pantai Banjar Pabuahan, Jembrana. “Saya bersyukur anak saya, Ibnu Farid, selamat,” kata seorang keluarga di posko Ketapang, mengutip dari mediaindonesia.
Insiden ini meninggalkan duka mendalam bagi keluarga korban dan dunia transportasi laut Indonesia. Dengan pencarian yang masih berlangsung, masyarakat berharap lebih banyak korban ditemukan selamat. Tragedi KMP Tunu Pratama Jaya menjadi pengingat akan pentingnya standar keselamatan pelayaran yang lebih ketat.

