Misteri Kematian Diplomat Arya Daru: Jejak Terakhir, Email Bunuh Diri, dan Rekaman CCTV

Nusavoxmedia.id – Diplomat muda Kementerian Luar Negeri, Arya Daru Pangayunan, ditemukan meninggal dunia dengan wajah tertutup plastik dan lilitan lakban kuning di kamar kosnya di Menteng, Jakarta Pusat, Selasa pagi, 8 Juli 2025. Penemuan mayatnya menggemparkan publik dan menyisakan teka-teki panjang, meski polisi menyatakan tak ada indikasi pembunuhan.

Satu hari sebelumnya, Senin (7/7) sore, Arya tercatat menjalani aktivitas seperti biasa. Setelah bekerja di Gedung Kemlu, ia terlihat memasuki Grand Indonesia pukul 17.52 WIB bersama dua orang lain, inisial V (perempuan) dan D (pria). Berdasarkan CCTV, Arya sempat berada di pusat perbelanjaan itu selama lebih dari tiga jam, lalu menaiki taksi menuju bandara. Namun, ia mengubah tujuan menuju Gedung Kemlu dan tiba sekitar pukul 21.39 WIB.

Setelah tiba di Gedung Kemlu, Arya naik ke lantai 12 gedung tersebut. CCTV menunjukkan ia membawa tas gendong dan kantong belanja. Ia berada di atap gedung selama lebih dari satu jam, bahkan dua kali mencoba memanjat pagar pembatas.

Pukul 23.09 WIB, ia turun tanpa membawa tasnya, dan 14 menit kemudian, kembali ke kamar kos. Arya sempat terlihat membuang sampah sebelum menghilang dari pantauan CCTV. Esok paginya, jasadnya ditemukan tak bernyawa oleh penjaga kos setelah sang istri curiga karena ponsel Arya tak aktif.

Polisi langsung melakukan penyelidikan mendalam. Visum dan autopsi dilakukan di RSCM, disusul pemeriksaan 26 saksi yang 24 di antaranya hadir. Total 103 barang bukti disita dari kamar kos, kantor, dan pihak keluarga. Namun, satu barang penting masih hilang yaitu ponsel Samsung S22 Ultra milik Arya, yang terakhir aktif di Grand Indonesia.

Ponsel lain, Samsung Note 9, ditemukan di kamar namun sudah tidak aktif sejak 2022. Forensik digital menemukan bahwa dari perangkat itu, Arya pernah mengirim email ke lembaga bantuan mental. Dua gelombang pesan ditemukan yakni pada 2013 dan 2021, berisi kecenderungan bunuh diri. Pesan dikirim melalui akun email daru_j@yahoo.com.

Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Wira Satya Triputra, menyebut penyebab kematian Arya adalah asfiksia yaitu kekurangan oksigen akibat tertutupnya saluran napas. “Tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan atau indikasi keterlibatan pihak lain,” ujarnya dalam konferensi pers pada Selasa (29/7/2025).

Meski begitu, kasus ini belum ditutup sepenuhnya. Polisi menyatakan masih membuka ruang bagi informasi baru dan masukan dari publik. Hal ini menyusul munculnya spekulasi di masyarakat soal kemungkinan latar belakang lain dari kematian Arya.

Praktisi hukum dan HAM Nicholay Aprilindo menyatakan keprihatinannya terhadap penanganan kasus ini. Ia mempertanyakan sosok Farah dan Dion yang menemani Arya di Grand Indonesia. “Siapa mereka? Apa hubungan mereka dengan Arya? Masyarakat berhak tahu,” tegasnya, Rabu (30/7/2025).

Ia bahkan menduga adanya kemungkinan keterlibatan unsur cinta segitiga atau persoalan personal lain yang mendorong Arya mengambil keputusan ekstrem. Ia mendesak penyelidikan dilakukan lebih transparan dan mendalam, termasuk menggandeng lembaga lain seperti POM TNI jika diperlukan.

Sementara itu, pihak keluarga Arya belum memberikan pernyataan resmi. Istrinya diketahui tinggal di Yogyakarta dan pertama kali meminta penjaga kos memeriksa kondisi Arya saat tidak bisa dihubungi.

Meski polisi menyatakan tak ada unsur pidana, banyak pihak masih mempertanyakan kejanggalan-kejanggalan yang menyertai kematian Arya. Kasus ini masih jauh dari terang benderang, dan publik menanti jawaban lebih pasti dari aparat penegak hukum.

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Kunjungi Media Sosial Kami

440PengikutMengikuti
2,430PelangganBerlangganan

Latest Articles