Trump Pulang Cepat dari KTT G7: Respon Keras terhadap Nuklir Iran

Nusavoxmedia.id – Presiden AS Donald Trump mendadak mempersingkat kehadirannya di KTT G7 di Kanada pada 17 Juni 2025 untuk kembali ke Washington dan membahas krisis program nuklir Iran bersama Dewan Keamanan Nasional (NSC). Langkah ini menyusul serangan Israel ke fasilitas nuklir Iran pada 13 Juni 2025 kemarin, yang memicu eskalasi regional. Melalui Truth Social, Trump mengeluarkan ultimatum keras yaitu Iran harus setuju pada perjanjian nuklir atau menghadapi konsekuensi berat.

Trump Tinggalkan G7: Fokus Krisis Iran

Pada 17 Juni 2025 pagi tadi, Trump meninggalkan KTT G7 di Kananaskis, Alberta, lebih awal setelah makan malam dengan kepala negara, seperti dilaporkan BBC. Juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, menyatakan, “Karena situasi di Timur Tengah, Presiden Trump pulang lebih cepat.” Trump memerintahkan NSC, termasuk Menteri Pertahanan Pete Hegseth dan penasihat keamanan utama, untuk berkumpul di Situation Room, menurut Fox News. Baca juga eskalasi terkait perang Israel-Iran selengkapnya di sini.

Di Truth Social, Trump menulis, “Iran harus menandatangani kesepakatan yang saya tawarkan. Iran tidak boleh punya senjata nuklir!” Ia juga menyerukan evakuasi Tehran, menggemakan peringatan Israel untuk wilayah utara kota. Namun, pejabat AS seperti Alex Pfeiffer menegaskan AS tetap pada postur defensif tanpa keterlibatan langsung dalam serangan Israel.

Ancaman Nuklir dan Diplomasi Terhenti

Ultimatum Trump dipicu oleh laporan IAEA (13 Juni 2025) bahwa Iran meningkatkan stok uranium 60%, mendekati kadar senjata, dan menolak inspeksi penuh. Negosiasi di Oman pada 15 Juni 2025 terhenti setelah serangan Israel yang menewaskan pejabat militer dan ilmuwan, termasuk Jenderal Hossein Salami. Trump menyebut serangan itu “sangat sukses” namun menolak usulan Israel untuk membunuh Ayatollah Ali Khamenei, menyatakan, “Ini bukan waktu yang tepat,” ujarnya.

Presiden Iran Masoud Pezeshkian menolak tekanan AS, menyatakan bahwa respons Tehran akan “lebih keras” jika serangan berlanjut. Menteri Luar Negeri Abbas Araghchi menegaskan Iran hanya bersedia bernegosiasi tidak langsung dan mempertahankan pengayaan uranium untuk tujuan sipil.

Ketegangan dan Dukungan Israel

Serangan Israel pada 13 Juni menargetkan fasilitas nuklir dan militer Iran, menewaskan 224 orang, menurut Kementerian Kesehatan Iran. PM Israel Benjamin Netanyahu menolak diplomasi parsial, menuntut penghentian total program nuklir Iran. Trump, meski mendukung Israel dengan intelijen dan bom bunker-buster, menahan serangan lebih lanjut untuk menjaga peluang negosiasi.

Kepulangan Trump dari G7 dan rapat NSC menunjukkan urgensi krisis nuklir Iran. Hingga 17 Juni sore ini, hasil rapat NSC belum diumumkan, tetapi Trump tetap memantau situasi di Washington. Dengan ancaman seimbang tawaran diplomasi, dunia menanti langkah berikutnya.

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Kunjungi Media Sosial Kami

440PengikutMengikuti
2,430PelangganBerlangganan

Latest Articles