Nusavoxmedia.id – Jakarta kembali ramai oleh aksi unjuk rasa, Senin (25/8/2025). Sejak pagi, massa dari berbagai kalangan mulai berdatangan ke kompleks DPR RI, Senayan, menanggapi seruan “Revolusi Rakyat Indonesia” yang sempat viral di media sosial. Jalan Gatot Subroto pun tersendat karena kerumunan warga, pedagang asongan, hingga puluhan pengemudi ojek online yang memenuhi gerbang utama gedung parlemen.
Meski sempat dibantah sejumlah pihak, aksi ini benar-benar terlaksana. Seruan yang beredar di akun @gejayanmemanggil dan kanal lain berisi ajakan massa untuk berpakaian serba hitam serta bertahan sampai tuntutan dikabulkan. Setidaknya ada sembilan poin tuntutan, mulai dari pembatalan tunjangan rumah anggota DPR sebesar Rp50 juta per bulan, transparansi gaji pejabat, hingga desakan agar Prabowo-Gibran turun dari kursi pemerintahan.
Baca Juga: UGM Tegaskan Ijazah Jokowi Asli, Rektor UGM Ova Emilia Buka Suara
Ketegangan terlihat di depan pagar DPR. Sejumlah pengemudi ojol yang memarkirkan motornya di dekat pintu gerbang bersitegang dengan aparat ketika diarahkan untuk pindah. “Jangan mau kalau diusir,” teriak seorang peserta aksi yang memancing sorakan. Sementara itu, aparat Brimob dengan tameng, barikade beton, dan water cannon telah disiagakan di halaman depan.
Di tengah panasnya situasi, pedagang kaki lima justru meramaikan trotoar dari arah Restoran Pulau Dua hingga Senayan Park. Aroma gorengan dan kopi sachet bercampur dengan suara toa polisi yang berulang kali mengimbau massa agar tertib.
Sejumlah tokoh pun ikut memberi pernyataan. Dilansir dari Tempo, Ketua KSPSI, Jumhur Hidayat, menegaskan organisasinya tidak bertanggung jawab atas aksi ini. Ia bahkan melarang anggotanya turun karena penanggung jawab demonstrasi tidak jelas. Dari kalangan mahasiswa, Koordinator Media BEM SI Kerakyatan, Pasha Fazillah Afap, juga menyatakan pihaknya tidak terlibat. “Nama BEM SI dicatut. Kami sudah demo pada 21 Agustus lalu,” katanya.
Meski begitu, demonstrasi tetap berjalan dengan isu utama yang menyoroti kebijakan tunjangan rumah anggota DPR. Kebijakan itu disebut mencederai rasa keadilan rakyat di tengah kesulitan ekonomi. Beberapa peserta aksi bahkan menuduh pemerintahan Prabowo-Gibran tidak berpihak pada masyarakat kecil, sementara jaringan lama Presiden Jokowi masih dianggap punya pengaruh.
Di lokasi, suasana sempat memanas ketika massa meneriakkan “hoaks, hoaks” saat gerbang DPR tak kunjung dibuka. Aparat segera memperketat penjagaan, bahkan melumuri pagar besi dengan oli agar sulit dipanjat. Kendaraan taktis Brimob berjajar rapi menutup jalan masuk, menegaskan keseriusan aparat mengamankan aksi besar yang digelar serentak juga di beberapa kota besar seperti Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya.
Hingga siang hari, jumlah massa terus bertambah. Meski mayoritas masih warga sipil dan pengemudi ojek online, kabarnya rombongan mahasiswa dari berbagai daerah juga bersiap menuju Senayan. Dengan sembilan tuntutan yang mereka bawa, demo ini menandai salah satu gelombang protes terbesar pada awal pemerintahan baru.

