Nusavoxmedia.id – Gerakan Rakyat Indonesia Bersatu (GRIB) Jaya menjadi perhatian publik sepanjang tahun 2025. Organisasi masyarakat yang dipimpin oleh Hercules Rosario Marshal, kerap menuai kontroversi dan polemik. Mulai dari bentrokan dengan ormas lain hingga tuduhan keterlibatan dalam aksi premanisme. Namun, GRIB Jaya juga mengklaim mendukung pemerintah dalam berbagai program. Apa sebenarnya GRIB Jaya, dan mengapa ormas ini sering jadi perbincangan?
Sejarah dan Latar Belakang GRIB Jaya
GRIB Jaya berdiri pada 8 Juli 2011 sebagai sayap operasional Partai Gerindra dengan status “mandiri”. Pendirinya, Hercules Rosario Marshal, adalah mantan preman Tanah Abang yang kini aktif di dunia politik. Struktur organisasi GRIB Jaya mencakup Dewan Pembina yang sempat dipimpin Prabowo Subianto hingga pengunduran dirinya pada 6 Januari 2022, serta Dewan Pimpinan Pusat (DPP) yang diketuai Hercules, dengan anggota seperti Syaifuddin dan Ghazaly Ama La. Ormas ini memiliki jutaan anggota di seluruh Indonesia, termasuk eks-militer, tokoh lokal, dan mantan preman.
Meski mengklaim telah berubah, masa lalu Hercules sebagai preman terus membayangi GRIB Jaya. Organisasi ini sering dikaitkan dengan Partai Gerindra, terutama karena dukungannya terhadap pasangan Prabowo-Gibran di Pilpres tahun 2024 kemarin. Namun, beberapa pihak mempertanyakan legalitas dan aktivitasnya, terutama di daerah seperti Jawa Barat dan Bali.
Kontroversi GRIB Jaya di Jawa Barat
Pada tahun 2025 ini, GRIB Jaya terlibat konflik dengan Dedi Mulyadi (KDM) selaku Gubernur Jawa Barat. KDM membentuk Satgas Antipremanisme pada 15 Maret 2025 untuk menangani pungutan liar dan intimidasi yang diduga melibatkan oknum ormas. Ketua DPD GRIB Jaya Jabar, Gabryel Alexander Etwiorry, menantang KDM berdiskusi terbuka pada 10 April 2025, menyebut kebijakan itu menstigma ormas. Gabryel bahkan mengancam membentuk Satgas Antipreman Birokrasi jika KDM tetap melanjutkan programnya.
Konflik memanas ketika Hercules, pada 25 April 2025, memerintahkan pemasangan kembali spanduk GRIB Jaya di Senen yang Satpol PP turunkan pada 24 April 2025. Peristiwa ini viral dan memicu kemarahan publik. Selain itu, insiden pembakaran mobil polisi di Depok pada 18 April 2025 oleh Ketua Ranting Harjamukti yang berinisial (TS), mencoreng nama GRIB Jaya. Meski GRIB Jaya memecat TS pada 23 April 2025 dan menyatakan ia bukan anggota resmi, banyak pihak tetap mengkritik ormas ini.
Namun, GRIB Jaya juga menunjukkan dukungan. Sekjen DPP GRIB Jaya, Zulfikar, pada 23 April 2025, menyatakan pihaknya mendukung pemberantasan premanisme, programnya KDM. Zulfikar menyarankan KDM merangkul semua ormas dan LSM untuk menjaga kondusivitas Jawa Barat.
Ekspansi dan Penolakan di Bali
GRIB Jaya mulai berekspansi ke Bali pada tanggal 3 Mei 2025, dengan tujuan menjaga keamanan wilayah. Pelantikan pengurus GRIB Jaya di Denpasar pada tanggal tersebut memicu penolakan keras dari Pecalang, petugas keamanan adat Bali. Pada 4 Mei 2025, Pecalang menyatakan kehadiran GRIB Jaya mengganggu sistem keamanan adat yang sudah berjalan lama. “Kami tak butuh GRIB Jaya untuk melindungi Bali,” tegas perwakilan Pecalang, menyoroti potensi konflik tatanan masyarakat.
Bentrokan dengan Ormas Lain
GRIB Jaya juga pernah terlibat bentrokan dengan Pemuda Pancasila (PP). Pada 13 Januari 2025, PP menggeruduk markas GRIB Jaya di Blora, menolak keberadaan mereka. Bentrokan yang terjadi di Karangjati dan Desa Klokah, Kunduran, pada 14 Januari 2025, menyebabkan 12 orang luka dan sejumlah kendaraan rusak. Meski kedua pihak berdamai pada 18 Januari 2025, insiden ini memunculkan tuduhan bahwa ormas seperti GRIB Jaya sengaja dipelihara pihak tertentu.
Kontribusi Positif Grib Jaya dan Kontroversi
Di sisi lain, GRIB Jaya mengklaim berkontribusi positif. Di Jawa Timur, GRIB Jaya Jatim berkomitmen melawan mafia melalui pemberdayaan ekonomi anggota, seperti diungkapkan Pembina GRIB Jaya Jatim, drg David Andreas, pada 13 April 2025. Mereka juga menyalurkan bantuan sosial, seperti di pesantren Sengkang, Sulawesi Selatan, pada 8 April 2025. Namun, aktivitas seperti penyegelan perusahaan di Banjarmasin pada 30 April 2025 menambah daftar kontroversi.
Penutup
GRIB Jaya menghadapi tantangan besar untuk memperbaiki citranya. Dengan dukungan politik yang kuat, ormas ini perlu menunjukkan komitmen nyata pada kebaikan masyarakat, alih-alih terjebak dalam konflik dan kontroversi. Publik menanti langkah Hercules dan pengurus GRIB Jaya untuk membuktikan bahwa mereka lebih dari sekadar organisasi dengan masa lalu kelam.

