1 Muharram 1447 H: Makna Tahun Baru Islam dan Sejarah Hijrah Nabi Muhammad SAW

Nusavoxmedia.id – Pada 26-27 Juni 2025 besok, umat Islam di seluruh dunia menyambut 1 Muharram 1447 H. Hal ini menandai awal Tahun Baru Islam dalam kalender Hijriah. Berbeda dengan perayaan Tahun Baru Masehi yang penuh kemeriahan. Tahun Baru Islam dirayakan dengan penuh khidmat, refleksi spiritual, dan penguatan keimanan. Muharram sebagai bulan pertama dalam kalender Hijriah, bukan hanya menandakan pergantian tahun. Tetapi juga mengandung makna mendalam sebagai salah satu bulan suci dalam Islam. Dengan sejarah Hijrah Nabi Muhammad SAW sebagai tonggak awalnya, 1 Muharram mengajak umat Islam untuk merenungkan nilai pengorbanan, keteguhan iman, dan harapan akan perubahan yang lebih baik.

Makna 1 Muharram: Refleksi dan Pembaruan Iman

Muharram, yang berarti “dilarang” dalam bahasa Arab, merupakan salah satu dari empat bulan suci dalam Islam. Seperti bulan lainnya Dzulqaidah, Dzulhijjah, dan Rajab. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an, “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan suci” (QS. At-Taubah: 36).

Selama bulan suci ini, perbuatan baik memperoleh pahala berlipat, sementara dosa memiliki konsekuensi lebih berat. Oleh karena itu, Muharram menjadi momen ideal untuk memperbaiki diri, memperbanyak ibadah, dan menanamkan kebiasaan positif.

Selain itu, 1 Muharram menandai awal kalender Hijriah, dengan peristiwa Hijrah Nabi Muhammad SAW pada 622 M. Peristiwa ini bukan sekadar perpindahan fisik, tetapi simbol transformasi spiritual dan sosial umat Islam.

Umat Islam memanfaatkan momen ini untuk merenungkan perjuangan Nabi Muhammad SAW. Selain itu, ini juga dapat memperkuat ikatan komunitas, dan menetapkan niat baru untuk tahun mendatang. Tradisi seperti puasa sunnah Tasua (9 Muharram) dan Asyura (10 Muharram), membaca Al-Qur’an, serta memberikan sedekah menjadi cara populer untuk menyambut Tahun Baru Islam.

Sejarah Hijrah: Tonggak Peradaban Islam

Peristiwa Hijrah pada 622 M, ketika Nabi Muhammad SAW bermigrasi dari Makkah ke Madinah, menjadi dasar penetapan kalender Hijriah. Hijrah terjadi akibat tekanan dan penganiayaan yang umat Islam rasakan di Makkah oleh kaum Quraisy. Bersama sahabat setia, Abu Bakar RA, Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan penuh risiko. Hal ini termasuk bersembunyi di Gua Tsur selama tiga hari untuk menghindari kejaran musuh. Nabi meminta Ali bin Abi Thalib RA untuk tetap di Makkah guna mengembalikan barang titipan penduduk. Ini juga menunjukkan integritas dan kepercayaan Nabi meski dalam situasi sulit.

Sesampainya di Madinah (saat itu bernama Yatsrib), Nabi Muhammad SAW disambut hangat oleh penduduk setempat, yang dikenal sebagai kaum Ansar. Di sana, beliau mendirikan Masjid Quba, masjid pertama dalam Islam. Kemudian menyusun Piagam Madinah, sebuah konstitusi yang mengatur kehidupan beragama dan sosial antar kelompok, termasuk Muslim, Yahudi, dan lainnya. Hijrah tidak hanya menyelamatkan umat Islam dari penindasan. Tetapi juga menjadi titik awal pembentukan negara Islam pertama, yang menekankan keadilan, persaudaraan, dan keimanan.

Penetapan 1 Muharram sebagai awal kalender Hijriah terjadi pada masa Khalifah Umar bin Al-Khattab RA. Meskipun Hijrah terjadi pada bulan Rabiul Awal, Umar RA memilih Muharram sebagai bulan pertama karena tekad untuk berhijrah mulai terbentuk pada periode ini. Keputusan ini diambil setelah diskusi dengan para sahabat, menolak usulan lain seperti menggunakan kelahiran atau pengangkatan Nabi sebagai titik awal kalender.

Tradisi dan Amalan di Bulan Muharram

Meskipun tidak ada kewajiban ibadah khusus pada 1 Muharram, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak amalan sunnah. Beberapa tradisi yang umum meliputi:

  • Puasa Tasua dan Asyura. Puasa pada 9 dan 10 Muharram dianjurkan berdasarkan sabda Nabi Muhammad SAW: “Puasa pada hari Asyura, saya berharap Allah akan menerimanya sebagai penebus dosa setahun sebelumnya” (HR Muslim). Puasa ini juga memperingati keselamatan Nabi Musa AS saat menyeberangi Laut Merah.
  • Sedekah dan Kebaikan. Sebagai bulan suci, Muharram mendorong umat Islam untuk memberikan sedekah jariyah, membantu yang membutuhkan, dan mempererat silaturahmi.
  • Refleksi dan Doa. Banyak umat Islam membaca doa awal tahun Hijriah, merenungkan perjuangan Hijrah, dan menetapkan resolusi spiritual untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
  • Peringatan Asyura. Bagi umat Syiah, 10 Muharram (Asyura) adalah hari berkabung untuk mengenang syahidnya Imam Husain bin Ali RA dalam Pertempuran Karbala pada 680 M. Sementara itu, umat Sunni memperingati Asyura dengan puasa dan kegembiraan atas keselamatan Nabi Musa AS.

Di Indonesia, Tahun Baru Islam sering diperingati dengan kegiatan keagamaan, seperti pengajian, tabligh akbar, dan pawai obor di beberapa daerah. Pemerintah Indonesia menetapkan 1 Muharram 1447 H sebagai libur nasional, yang jatuh pada 27 Juni 2025 besok, berdasarkan perhitungan kalender Hijriah dan pengumuman resmi.

Menyambut 1 Muharram dengan Semangat Baru

1 Muharram 1447 H, yang jatuh pada 26-27 Juni 2025 , bukan sekadar pergantian tahun, tetapi panggilan untuk memperbarui iman, memperkuat komitmen sosial, dan merenungkan perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam Hijrah. Sebagai bulan suci, Muharram menawarkan peluang emas untuk mendekatkan diri kepada Allah melalui puasa, sedekah, dan refleksi. Mari sambut Tahun Baru Islam ini dengan hati yang bersih, niat yang tulus, dan semangat untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Kunjungi Media Sosial Kami

440PengikutMengikuti
2,430PelangganBerlangganan

Latest Articles