Nusavoxmedia.id – Ramainya pengunjung Blok M yang seharusnya menjadi momentum kebangkitan UMKM justru berubah jadi kontroversi. Puluhan tenant kompak berpamitan di media sosial karena tak sanggup menanggung kenaikan tarif sewa kios yang melonjak tajam. Sebagian bahkan sampai menutup gerai mereka, meninggalkan kawasan kuliner yang baru saja kembali hidup sejak akhir 2024.
Video perpisahan para pedagang beredar luas, mulai dari gerai Nasi Matah, Ice WS, hingga Hi! Fruit. Mereka menyebut harga sewa yang awalnya di kisaran Rp3,5 juta melonjak hingga belasan juta rupiah. Salah satu pemilik kios kuliner bahkan menyebutkan Rp15 juta per bulan untuk tempat yang kebanjiran saat hujan jelas tidak wajar.
Baca Juga: Prabowo Hadiri Parade Militer China, Bertemu Xi Jinping di Tiananmen
Situasi ini memancing sorotan Gubernur Jakarta, Pramono Anung. Ia menegaskan, aturan kerja sama pengelolaan Blok M dengan MRT Jakarta sudah mengatur batas bawah dan atas tarif sewa. Namun praktik di lapangan justru melebihi kesepakatan. “Saya sudah menegur Dirut MRT. Kalau tetap tidak bisa mengikuti aturan, lebih baik kerja samanya dibatalkan,” ujarnya di Balai Kota, dalam video reel yang diunggah melalui Instagram @pramonoanungw, Rabu (3/9/2025).
Pemerintah, kata Pramono, tidak boleh membiarkan UMKM terhimpit beban biaya. Ia menekankan bahwa pemprov harus hadir melindungi pedagang kecil, bukan memberi ruang bagi pengelola untuk meraup untung berlebihan. “UMKM harus jadi prioritas. Jangan sampai saat Blok M ramai, mereka justru ditekan dengan tarif semena-mena,” tegasnya.
Di lokasi, suasana yang biasanya ramai kuliner berubah. Dalam video viral di media sosial, area itu terlihat hanya menyisakan beberapa kios makanan ringan, sementara banyak tenant yang sudah menutup gerai. Beberapa pengunjung yang datang sekadar membeli cemilan atau membuat konten media sosial, bahkan ikut mengabadikan momen pamit para pedagang.
Keputusan pedagang meninggalkan Blok M bukan tanpa alasan. Menurut keterangan salah satu tenant, harga sewa ditentukan berdasarkan besar kios dan tingkat popularitas makanan, membuat beban tiap penyewa berbeda. Ada yang naik menjadi Rp7 juta per bulan, ada pula yang mencapai Rp25 juta untuk dua bulan.
Situasi di Blok M kini ramai diperbincangkan, sebab kawasan yang sempat bangkit berkat UMKM justru kembali terancam lesu. Padahal, area ini sebelumnya digadang sebagai wajah baru wisata kuliner Jakarta.

