Tren Pelari Kalcer: Gen Z, Media Sosial, dan Gaya Hidup Baru di Indonesia

Nusavoxmedia.id – Fenomena pelari kalcer, istilah populer untuk menggambarkan anak muda yang gemar mengikuti lomba lari kalender event, semakin menonjol dalam beberapa tahun terakhir. Tren ini terlihat jelas pada generasi Z yang menjadikan aktivitas lari bukan hanya sekadar olahraga, melainkan bagian dari gaya hidup, ekspresi sosial, hingga sarana membangun jaringan pertemanan.

Data Garmin Connect yang dirilis Mei 2024 mencatat lebih dari 80.000 pengguna aktif berlari di Indonesia, hampir dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya yang berada di kisaran 35.000 pengguna. Media Indonesia juga melaporkan peningkatan jumlah pelari hingga tiga kali lipat sepanjang 2024.

Kenaikan minat ini tercermin dalam partisipasi pada event besar. Maybank Marathon 2024 mencatat 12.700 peserta dari berbagai lintas negara, dengan kenaikan sekitar 17 persen pada kategori Marathon dibanding tahun sebelumnya. Ajang POCARI SWEAT Run 2025 di Lombok bahkan menarik 9.000 pelari, menjadikannya salah satu event lari terbesar di tanah air.

Para pelari berpartisipasi dalam ajang half marathon. (Foto: Pinterest/Runner’s World)

Selain itu, survei Populix terhadap 2.228 responden menemukan bahwa kategori 5K paling diminati masyarakat Indonesia dengan 77 persen peserta, disusul 10K (15 persen), half-marathon (6 persen), dan full marathon (2 persen). Data ini menunjukkan bahwa minat berlari tersebar luas dan tidak terbatas pada pelari profesional, tetapi juga rekreasional.

Dari sisi manfaat, lari terbukti memberikan dampak positif bagi kesehatan fisik sekaligus mental. Dilansir dari Jurnal penelitian di Universitas Negeri Semarang tahun 2023, ditemukan bahwa lari santai membantu penurunan tingkat stres, meningkatkan suasana hati, dan memperbaiki kualitas tidur.

Baca Juga: Pelari Kalcer: Tren FOMO atau Gaya Hidup Sehat Gen Z di 2025?

Media sosial menjadi katalis utama berkembangnya tren ini. Instagram dan TikTok dipenuhi dokumentasi pelari, mulai dari foto start hingga perayaan di garis finis. Konten tersebut memicu efek berantai karena mendapat respons tinggi dan mendorong orang lain untuk ikut serta. Dengan demikian, lomba lari tidak lagi hanya dipandang sebagai olahraga, melainkan pengalaman kolektif yang bernilai sosial. Lari kini menjadi medium ekspresi identitas, bukan sekadar aktivitas fisik.

Tren pelari kalcer juga mendorong pertumbuhan ekonomi. Industri perlengkapan olahraga mendapat keuntungan signifikan, tercermin dari laporan Euromonitor yang mencatat pertumbuhan pasar sepatu olahraga di Indonesia sebesar 12 persen pada 2023. Selain itu, event lari turut mendongkrak pariwisata lokal. Ajang di destinasi wisata seperti Bali atau Lombok tidak hanya mendatangkan pelari, tetapi juga keluarga dan komunitas, memberi dampak pada sektor perhotelan, transportasi, hingga kuliner.

Meski demikian, tren ini juga membawa tantangan. Banyak pelari kalcer yang lebih fokus pada euforia acara dibanding persiapan fisik, sehingga berisiko cedera. Para ahli kesehatan menekankan pentingnya latihan teratur dan pemanasan memadai sebelum mengikuti lomba, agar manfaat kesehatan tidak berbalik menjadi masalah.

Kesimpulannya, pelari kalcer mencerminkan transformasi olahraga menjadi fenomena gaya hidup urban. Generasi muda memadukan manfaat fisik dan mental dengan kebutuhan berekspresi di media sosial, sekaligus memberi dampak ekonomi pada sektor olahraga dan pariwisata. Dengan jumlah peserta yang terus bertambah dan penyelenggaraan event yang semakin kreatif, tren ini diperkirakan akan bertahan lama, bahkan berkembang sebagai bagian dari budaya populer di Indonesia.

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Kunjungi Media Sosial Kami

440PengikutMengikuti
2,430PelangganBerlangganan

Latest Articles