Nusavoxmedia.id – Terlepas dari citra glamornya di media sosial, healing sejatinya adalah proses pemulihan mental atau emosional, bukan sekadar pelarian ke destinasi estetik. Bagi banyak generasi muda, healing mulai diartikan sebagai kebutuhan psikologis yang mendesak bukan lagi sekadar tren gaya hidup.
Menurut survei Asia Care pada Januari 2024, stres dan burnout menjadi kekhawatiran utama 56% masyarakat Indonesia, disusul gangguan tidur dan kecemasan. Ini menjelaskan mengapa istilah healing semakin sering disebut ketika seseorang berusaha melepaskan tekanan emosi sehari-hari.
Dari perspektif psikolog, healing yang sehat bukan soal menghindari kenyataan, melainkan memahami luka batin dan cara menanganinya. Healing sejati mencakup meditasi, journaling, atau teknik mindfulness tanpa embel-embel liburan atau konsumsi berlebihan. Psikolog UGM Galang Lufityanto menegaskan bahwa sebelum melakukan healing, sebaiknya kira cari dulu akar masalahnya lalu kita bisa lihat, apakah karena tekanan pekerjaan, hubungan, atau suasana hati yang kacau.
Tak dapat dipungkiri, banyak yang masih menganggap healing hanya soal staycation atau piknik ala Instagram. Padahal bentuk penyembuhan emosional bisa sesederhana menulis jurnal harian selama 5–10 menit, berjalan tanpa gadget di pagi atau sore hari (mindful walk), atau melakukan latihan pernapasan singkat saat merasa panik.
Healing semestinya bersifat personal. Praktik seperti journaling dan meditasi tidak hanya lebih murah, tetapi terbukti efektif menurunkan kecemasan dan memperjelas pola pikir secara psikologis. Ini jauh lebih berdampak ketimbang memaksakan diri liburan mewah demi konten feeds media sosial.
Di sisi lain, tren healing telah memicu tekanan sosial terselubung. Banyak Gen Z merasa harus healing dengan cara yang “Instagramable” agar tidak dianggap ketinggalan zaman. Padahal, setiap orang memiliki waktu dan cara penyembuhan yang berbeda.
Dengan memahami makna asli healing, masyarakat bisa mengembalikan fungsi kegiatan ini sebagai bentuk self-care yang tulus, bukan kompetisi pencitraan. Healing bukan tujuan, tetapi proses berani menghadapi diri sendiri dan merawat kesejahteraan batin.

