Setelah 13 tahun mengukir sejarah gemilang penuh drama dan keajaiban, Jamie Vardy resmi mengucapkan selamat tinggal kepada Leicester City pada akhir musim 2024/2025. Kabar menyentuh ini disampaikan klub melalui laman resmi mereka pada 24 April 2025. Striker berusia 38 tahun itu dikenal sebagai “Si Rubah”, bukan hanya penyerang ulung, tetapi juga simbol keberanian dan keajaiban sepak bola. Ia membawa Leicester dari kasta kedua hingga menjuarai Premier League. Lantas, apa yang membuat perpisahan ini begitu istimewa, dan ke mana langkah Vardy selanjutnya? Mari kita ulas.
Perjalanan Epik Vardy Bersama Leicester
Vardy bergabung dengan Leicester pada 2012 dari Fleetwood Town dengan harga hanya £1 juta. Siapa sangka, transfer ini akan mengubah sejarah klub dan menjadi salah satu investasi terbaik dalam sejarah sepak bola. Dalam 495 penampilan, Vardy mencetak 198 gol dan 66 assist, menjadikannya top skor sepanjang masa klub. Puncaknya, ia memimpin Leicester meraih gelar Premier League 2015/2016, sebuah dongeng sepak bola yang masih dikenang hingga kini.
Selain itu, Vardy juga membawa Leicester meraih Piala FA 2021, Community Shield 2021, serta dua gelar Championship (2013/2014 dan 2023/2024). Dengan gaya bermain penuh energi, kecepatan, insting gol tajam, dan semangat juang, ia menjadi idola penggemar. Namun, lebih dari itu, Vardy adalah bukti bahwa kerja keras bisa mengalahkan segala rintangan.
Mengapa Disebut Si Rubah?
Julukan “Si Rubah” melekat pada Vardy bukan tanpa alasan. Pertama, Leicester City sendiri dijuluki “The Foxes” (Si Rubah) karena lambang rubah pada logo klub, yang terinspirasi dari tradisi berburu rubah di wilayah Leicestershire. Vardy, dengan gaya bermainnya yang licik dan cepat, mencerminkan karakter rubah yaitu gesit, cerdas, dan sulit ditangkap.
Kedua, Vardy dikenal sebagai penyerang yang “mengintai” peluang sekecil apa pun di kotak penalti, seperti rubah yang menunggu mangsa. Ia sering kali mencetak gol dari situasi yang tampak mustahil, membuat bek lawan kewalahan. Rekor mencetak gol dalam 11 laga beruntun di Premier League 2015/2016 adalah bukti nyata kelicikan dan ketajaman “Si Rubah” ini.
Ketiga, kisah hidup Vardy menambah makna julukan ini. Dari pemain non-liga, ia bangkit menjadi bintang dunia, mirip rubah yang selalu menemukan cara bertahan di situasi sulit. “Vardy punya insting liar, seperti rubah di lapangan,” kata seorang penggemar di media sosial, merangkum alasan julukan ini begitu pas.
Mengapa Vardy Hengkang?
Keputusan Vardy meninggalkan Leicester bukanlah hal yang mengejutkan. Musim 2024/2025 menjadi penutup pahit bagi Leicester. Kekalahan 0-1 dari Liverpool memastikan mereka terdegradasi ke Championship. Vardy, yang kini berusia 38 tahun, memutuskan ini adalah waktu yang tepat untuk pergi. Dalam pernyataannya, Vardy mengaku berat hati meninggalkan klub yang telah menjadi rumahnya. “Leicester akan selalu ada di hati saya. Ini saatnya untuk babak baru,” ujarnya dengan penuh haru.
Faktor usia juga berperan. Di usia 38 tahun, Vardy tetap produktif, Ia mungkin ingin menutup kariernya di liga yang lebih ringan secara fisik. Kabar yang beredar menyebutkan bahwa klub-klub dari Major League Soccer (MLS) Amerika Serikat dan Liga Pro Saudi tertarik merekrutnya. Namun, Vardy belum membocorkan rencananya, membuat penggemar penasaran.
Warisan Abadi Si Rubah
Vardy bukan sekadar pencetak gol. Ia adalah cerita tentang ketekunan, kerja keras, dan loyalitas. Dari pekerja pabrik yang bermain di liga amatir, ia menjelma menjadi legenda Premier League. Rekor 11 gol beruntun, gol-gol krusial di final Piala FA, dan loyalitasnya kepada Leicester membuatnya tak tergantikan.
Penggemar Leicester merasa kehilangan. “Vardy adalah nyawa kami. Tanpa dia, King Power tak akan sama,” ujar seorang suporter. Meski begitu, warisan Vardy akan terus hidup di hati penggemar dan sejarah klub.
Selamat Jalan Sang Legenda
Perpisahan Jamie Vardy dengan Leicester City menandai akhir sebuah era. Namun, seperti kata pepatah, setiap akhir adalah awal dari sesuatu yang baru. Vardy telah memberikan segalanya untuk Leicester, dan kini saatnya ia menulis babak terakhir kariernya dengan cara yang sama epiknya. Bagi penggemar sepak bola, kisah Vardy adalah pengingat bahwa mimpi besar bisa lahir dari langkah kecil. Kisahnya mengajarkan bahwa tak ada mimpi yang terlalu besar, asalkan ada keberanian untuk mengejarnya.